
Angka Kebakaran Meningkat sejalan dengan Perkembangan El Nino – Meningkatnya Kekhawatiran atas kesehatan dengan memburuknya kabut asap
By Susan Minnemeyer, Lisa Johnston and Tania Firdausy
Peringatan titik api di Indonesia meningkat ke angka tertinggi untuk tahun ini pada hari Rabu tanggal 3 September 2015 kemarin, ditengah prakiraan bahwa perkembangan El Nino akan lebih dahsyat dari pemanasan pada tahun 1997-98 lalu yang telah menyebabkan bencana musim kebakaran paling parah di Indonesia. Dengan 461 periLngatan titik api dengan tingkat kepercayaan tinggi* maka angka ini adalah angka yang tertinggi sejak angka puncak pada tanggal 1 November 2014 dengan lebih dari 1000 peringatan titik api. Dengan berkembangnya El Nino maka kemungkinan terjadinya kebakaran yang lebih parah sangat besar.
Figur 1. PERHITUNGAN PERINGATAN TITIK API DI INDONESIA
1 JAN 2013 – SAAT INI

Selama satu minggu yang termasuk tanggal 2 September 2015, 50 persen dari peringatan titik api terjadi di lahan gambut. Kebakaran di lahan gambut (tanah dengan proporsi bahan organik membusuk yang tinggi) menjadi perhatian khusus karena kebakaran pada lahan ini sangat sulit untuk dipadamkan dan juga menghasilkan banyak asap dan kabut yang berkontribusi menggangu kualitas udara di Singapura dan Malaysia, dan paling parah di Sumatera, Indonesia. Kabut asap menyebabkan jalur penerbangan dialihkan dan juga penyebab peningkatan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kabut asap. Menurut hasil pengukuran kualitas udara di Medan sangat buruk dengan kualitas udara di tingkat tidak sehat dan membahayakan dua hari terakhir dan juga di Pekanbaru dimana kualitas udaranya sangat tidak baik untuk kesehatan hari Kamis yang lalu (data diperoleh dari BMKG via AQICN). Lahan gmabut banyak berada di dataran rendah barat Sumatera dan juga sepanjang pesisir barat dan tengah Kalimantan.
Figur 2. PERBANDINGAN KEBAKARAN DI LADANG GAMBUT

Kelompok kebakaran terbesar, dapat dilihat pada peta dibawah, terjadi di propinsi Jambi dan Sumatera Selatan sementara kebakaran yang lain juga terjadi di daerah tengah dan timur Kalimantan dan Riau. Di masa lalu Propinsi Riau memiliki angka kebakaran tertinggi khususnya saat musim kebakaran bulan Juni tahun 2013 yang lalu, sekarang tidak lagi. Kabupaten dengan peringatan titik api tertinggi adalah Tanjung Jabung Timur di propinsi Jambi dengan 178 peringatan titik api dengan tingkat kepercayaan tinggi dan juga Ketapang di Kalimantan Barat dengan 126 peringatan titik api (Tabel 1). Titik panas atau hotspot juga kerap terjadi di area yang dilindungi di Indonesia, dengan 10% dari jumlah peringatan titik api (148 titik) terjadi diarea yang dilindungi. Kebakaran juga kerap terjadi di dalam taman nasional Tesso Nilo, khususnya di lokasi yang hutannya sudah di buka. Kebakaran juga terjadi di dalam lokasi Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Nasional Berbak, Taman Nasional Sembilang dan Taman Margasatwa Dangku, dan sepanjang batas Taman Nasional Kerinci Seblat.
Figur 3. PETA LOKASI TITIK API
TANGGAL 26 AGUSTUS – 2 SEPTEMBER 2015

Tabel 1. KABUPATEN DENGAN PERINGATAN TITIK API TERTINGGI

Citra dengan resolusi tinggi yang diambil oleh Digital Globe memperlihatkan lokasi dimana kebakaran terbesar terjadi, di propinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Citra dibawah diambil oleh satelit Worldview-3, memperlihatkan kebakaran aktif di area gambut di dalam sebuah konsesi kayu. Terlihat dalam citra flase-color (warna semu) asap dari kebakaran aktif, lokasi yang sudah terbakar berwarna hitam dan vegetasi sehat berwarna merah (kiri) dan sebagai short wave infrared (SWIR) citra yang mendeteksi panas, memperlihatkan lokasi terbakar berwarna oranye, kuning dan putih, mengungkapkan besar dan bentuk dari area yang terbakar.

Citra diatas juga memperlihatkan konsesi yang dikelolah oleh PT. Dyera Hutani Lestari (-1.278284, 103.924176). Perkebunan jelutung pada lokasi gambut ini pernah terbakar hangus pada tahun 1997 dan 2003 yang disebabkan oleh kekeringan dan lahan gambut yang telah didrainase, dan terbakar lagi saat ini.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk lembaga penegak hukum menggunakan peringatan berbasis satelit, citra beresolusi tinggi dari Digital Globe dan juga laporan dari orang di lapangan untuk menemukan dan memadamkan kebakaran yang terjadi. Para pembuat kebijakan sebaiknya mengamati lokasi yang mengalami dampak terburuk agar dapat menentukan dimana sumber daya yang minim sebaiknya dialokasikan. Kamu juga dapat membantu dengan mengunjungi http://fires.globalforestwatch.org/ dan menyebarluaskan informasi mengenai lokasi dari peringatan titik api. Kamu juga dapat mengunggah tweet pada peta GFW, mengirimkan cerita dari lapangan dan juga menyebarluaskan melalui jaringan kamu. Pelajari lebih lanjut: untuk analisis WRI lebih jauh mengenai kebakaran di Indonesia, periksalah seri blog kami.